Jika 1 Dollar = 1 Rupiah
Jika nilai US$ 1 = Rp 1,-...kira-kira apa aja yang terjadi di Indonesia? *dengan asumsi kurs negara tetangga lainnya tetap*
1.
Masyarakat bisa gonta ganti mobil semaunya..Beli Honda city dengan
Rp.30.000,- dan Toyota Landcruiser Rp 70.000,-, BMW/Mercedes Benz gak
nyampe Rp 1 juta, de el el..
2.
Bakal ada transfer pemain sepak bola besar-besaran di Indonesia.
Bukan tidak mungkin Persija Jakarta akan membeli David Beckham dan
Ronaldinho. Sementara PSBL Bandar Lampung akan mengontrak Zenedine
Zidane dan Ronaldo, Nah lho...Alexandro Delpiero dan Paolo Maldini
*pemain kesayangan gw* juga bisa di kontrak buat main di Indonesia,
Kebayang gak sih..Pemain-pemain lokal akan bertanding dengan
pemain-pemain kelas dunia?
3.
Pemerintah gak perlu lagi ngutang ke IMF, justru malah Indonesia
bantu-bantu negara miskin lainnya..Indonesia memang Hwebatt....!!
5.
Kriminalitas menjadi lebih elit, gak bakal ada lagi copet dengan dua
jari, apalagi kapak merah...Gengsi dunks!! Lihat aja di Amrik sono,
gak ada penjahat bawa kapak kan?
7. Kebijakan pengadaan rumah sangat3x Sederhana diganti menjadi Real Estate Sangat3x Sederhana..
9.
Masyarakat kita gak perlu lagi pusing masalah issue formalin,
daripada ketakutan beli mie ayam, tahu, dan ikan asin...mendingan
mampir aja ke restoran dan pesen pizza, burger, dan makanan lainnya
sepuasnya..
Kenapa Orang Jepang Tidak Banyak Menggunakan Facebook???
Beberapa
kali saya pernah mengirimkan invitation ke teman mahasiswa Jepang
untuk ikut bergabung di FaceBook (FB). Tapi undangan saya tersebut
sangat jarang ditanggapi oleh teman saya. Ada satu dua orang yang
menjadi anggota, tapi itupun tidak aktif. Hanya sekedar membuka account
saja. Yang lumayan aktif biasanya hanya mahasiswa Jepang yang
mempunyai banyak teman mahasiswa asing.
Tahun 2008 Mark Zuckerberg membuat aplikasi bahasa Jepang untuk menarik
lebih banyak peminat FB dari negeri sakura. Ternyata harapan itu tidak
terpenuhi. Memang sebagian besar warga Jepang sangat tidak terbiasa
dengan aplikasi berbahasa Inggris. Tetapi ketika YouTube membuat
aplikasi berbahasa Jepang, berbondong-bondong orang Jepang mengupload
video ke sana. YouTube relativ lebih disenangi dibandingkan dengan FB.
Ternyata bahasa bukan kendali utama bagi menjamurnya FB di Jepang.
Untuk menjadi anggota FB, kita diharuskan mengisi data-data pribadi
yang nantinya dicantumkan kepada orang yang menjadi teman kita.
Sementara YouTube cuma mensyaratkan nama (itupun tidak perlu nama asli)
dan alamat email . Di sinilah masalahnya. Sebagian besar orang Jepang
tidak mau memperlihatkan data dan kehidupan pribadinya kepada banyak
orang. Sebagai contoh, dengan memperlihatkan tanggal, bulan dan
kelahiran kita, dipercaya dapat digunakan untuk mengetahui karakter
kita yang sangat berbahaya apabila digunakan untuk kepentingan tidak
baik.
Selain itu, orang Jepang juga tidak terlalu suka menonjolkan jati dirinya di hadapan orang banyak.
Mereka terbiasa hidup berkelompok dan bekerja juga dalam kelompok.
Kita mungkin kenal dengan produk walkman, tapi kita tidak tahu siapa
penemunya, kecuali dari Sony Corpporation. Juga tamagochi yang terkenal
itu, oleh perusahannya, sang penemu mendapat perlakuan sama dengan
pegawai lainnya dan dianggap sebagai bagian dari kerja kelompok.
Dalam berinternetpun, orang Jepang lebih suka memakai identitas lain
atau bukan nama sebenarnya. Tahun 2005 ada satu kisah nyata tentang
warga Jepang yang bercurhat dalam suatu forum Internet. Pemuda Jepang
tersebut adalah orang yang suka dengan komik (manga), game, animasi
dan bergaya agak aneh. Di Jepang orang seperti ini disebut “otaku”.
Dalam suatu perjalanan di kereta api, dia berhasil menolong seorang
wanita cantik berpendidikan tinggi dari gangguan orang mabuk.
Keinginannya untuk mendekati dan mencintai wanita tersebut dicurahkan
dalam sebuah forum Internet. Dalam setiap langkah untuk mendekati sang
wanita, dia menceritakannya di forum tersebut. Banyak sekali tanggapan,
saran dan dukungan kepada pemuda tersebut. Kisah ini akhirnya menjadi
populer dan dijadikan sebuah film, sinetron dan komik dengan judul
“Densha Otoko” (Train Man). Sampai sekarang, identitas asli Train Main
ini tidak diketahui.
Selain itu, ada juga rasa mawas diri dari orang Jepang untuk tidak
membagi identitas, foto dan kehidupan pribadinya. Terutama para
wanitanya. Mereka tidak mau diganggu oleh orang-orang iseng yang
mengetahui identitas mereka melalui FB. Pernah juga ada kasus ketika
seorang mahasiswi yang punya blog didatangi oleh pemuda Amerika yang
ingin berkenalan dengannya. Sang mahasiswi menolak dan sempat terjadi
kehebohan di kampus. Sejak saat itu ada himbauan di kampus untuk tidak
membuka kehidupan pribadi melalui blog. Demikian cerita salah satu
professor saya.
Jadi budaya masih banyak mempengaruhi orang Jepang untuk tidak
sembarangan berinternet. Sementara di Indonesia banyak yang dengan
secara sengaja membagi-bagikan nomor HP, alamat, nomor PIN BlackBerry
dan identitas lainnya di FB mereka. Tanpa disadari, kalau ada orang yang
berniat tidak baik, data-data ini bisa dengan sangat mudah
dimanfaatkan untuk kejahatan.
Langganan:
Postingan (Atom)